Ketika dalam kesempitan dan kesulitan kita masih mau berbagi tentu akan sangat jauh berbeda dengan saat kita sedang dalam keadaan lapang dan berkecukupan. Disinilah letak ujian itu!
Akan sangat biasa dimata Allah ketika dalam kondisi lapang dan berkecukupan kita beramal sebesar apapun itu, sebab itu sebuah kewajaran hidup.
Namun pernahkan kita berpikir ditengah himpitan dan kesulitan hidup kita masih mampu dan mau untuk beramal bagi orang lain yang jauh lebih susah dari kita. It’s very different and extra-ordinary, isn’t?
Dari Abu Hurairah dan ‘Abdullah bin Hubsyi Al Khots’ami, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya sedekah mana yang paling afdhol. Jawab beliau,
“Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR. An Nasai )
Ketika kita beramal jariah, secara syariat akan mengurangi harta dalam genggaman kita, namun secara hakikat justru harta tersebut sebenarnya akan kembali kepada diri kita dengan berlimpah kebaikan.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 261]